Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor: 194 Tahun 1998 tentang Penyesuaian petunjuk Penyelenggaraan Pesta Siaga merupakan ruller of the game dalam melaksanakan kegiatan besar peserta didik usia 7-10 tahun (Gen-Alpha).
Acara Pesta Siaga dapat berbentuk kamaval, lomba toppng, pameran pakaian lucu, sepeda, permainan bersama berbentuk ketangkasan, dan keterampilan, pentas seni budaya, serta kegiatan menarik dan menantang lainnya sesuai kondisi setempat.
Pesta Siaga adalah alat kepramukaan bukan tujuan. Guna memberikan semangat kepada peserta didik, sebagian acara kegiatannya dapat dilombakan. Sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani Pramuka Siaga, Pesta Siaga bersifat: hiburan/rekreatif, kreatif, riang gembira, dan banyak gerak. Lomba ini semata-mata untuk memberi semangat dan gairah Pramuka Siaga, dengan tidak mengurangi semua sifat Pesta Siaga.
Sebanyak 558 Pramuka Siaga mengikuti Pesta Siaga Gerakan Pramuka Kwarran Tempeh yang bertempat di Lapangan Sepak Bola Desa Jatisari Kabupaten Lumajang.
Kegiatan tahunan ini diikuti sebanyak 49 Gudep yang berpangkalan di SD/ MI. 38 Gudep SD dan 11 Gudep Sako berkumpul dengan penuh riang gembira untuk membangun karakter anak-anak sejak dini agar mereka kelak “siap untuk hidup” dimasa mendatang. Kegiatan ini dihadiri oleh pengurus Kwarran, anggota Mabiran, Kamabigus SD/ MI, dan M. Hasyim, S.H. (Kades Jatisari). Kegiatan ini dibuka oleh Dr. Taufiq (Wakil Ketua Kwarcab Lumajang Bidang Organisasi dan Hukum).
Dihadapan Wakakwarcab Bidang Orgakum, Wakakwarcab Bidang Bida Muda dan Andalan Cabang Siaga; Syamsul Anam, S.Pd. SD. selaku Ketua Panitia Pesta Siaga melaporkan pelaksanaan Pesta Siaga yang digelar mulai jam 08.00-15.00 wib. Tema Pesta Siaga kali ini “Belajar, bermain, dan Gembira.” Motto yang dicanangkan “Sehat, Cerdas, Tanggap, dann Gembira.” Dengan rangkaian upacara pembukaan, giat keagamaan, pengetahuan, ketrampilan, kreasi dan estavet ceria. Pesta Siaga dapat diselenggarakan antar gugusdepan yang berdekatan 3 bulan sekali, di tingkat Kwarran atau antar desa yang berdekatan, 6 bulan sekali, dan tingkat cabang atau antar ranting yang berdekatan 1 tahun sekali.
Kepramukaan sangat strategis bagi anak-anak khususnya Gen-Alpha. Gen-Alpha adalah kelompok generasi yang terdiri dari individu yang lahir pada tahun 2010-2024. Mereka adalah generasi pertama yang lahir dan tumbuh dalam era digital yang sepenuhnya terhubung dengan teknologi, internet dan media sosial.
Gen-Alpha atau yang dikenal juga sebagai ‘anak-anak milenium’ merupakan generasi termuda saat ini. Mengingat generasi ini masih berada di usia anak-anak, maka karakteristik umumnya masih belum terlihat jelas. Di masa mendatang generasi ini akan menjadi kelompok yang sangat besar dengan hak mereka sendiri.
Sama seperti dengan Gen Z, Gen-Alpha juga menjadi generasi yang melek teknologi dan lebih cerdas secara digital dari generasi sebelum mereka. Namun, hal tersebut tentunya dapat menjadi concern bagi orang tua. Pasalnya, dibutuhkan strategi khusus untuk mendidik anak-anak yang lahir pada generasi ini agar mereka menjadi anak yang mahir teknologi namun tetap menghargai nilai-nilai kekeluargaan.
Membangun nilai-nilai luhur dalam keluarga justru telah disiapkan dalam pendidikan kepramukaan (pendidikan nonformal) melalui tingkatan yang disebut Siaga.
Pendidikan kepramukaan dalam prakteknya selalu menggunakan kiasan dasar dengan romantika perjuangan bangsa. Tingkatan Siaga ini dilatarbelakangi era kebangkitan bangsa Indonesia dalam usaha merebut kemerdekaan yaitu 20 Mei 1908. Kelahiran Boedi Oetomo mewakili era semangat kesadaran untuk bersatu dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Semangat persatuan inilah yang menjadi filosofi Pramuka Siaga. Hal ini ditandai dengan warna dasar Hijau sebagai ciri khas alami.
Dikandung maksud bahwa Siaga adalah generasi yang masih belum memiliki pengalaman hidup sehingga harus banyak diberikan contoh-contoh oleh orang dewasa yaitu Pembina. Hal ini sesuai dengan konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarsa sung tuladha.
Peserta Siaga sejak dini diajarkan untuk jujur, menghargai persahabatan dan menghormati perbedaan. Hal ini akan sangat membantu mempersiapkan mental para Siaga agar kelak jika dewasa mengerti makna pengabdian, menjunjung tinggi solidaritas, memiliki budaya bersaing sehat tanpa menggunting dalam lipatan, dapat menghargai sesama karena karya dan dedikasi seseorang. Realitas ini telah dipesankan oleh Badden Powell sang tokoh kepanduan dunia bahwa hakikatnya kepanduan menyiapkan generasi yang waras di zaman yang edan.
Lomba-lomba dalam Pesta Siaga membutuhkan semangat persatuan dan kerja sama yang tinggi. Jjka memahami proses kerja sama dalam kegiatan Siaga maka akan didapat filosofi kerja sama yang tinggi. Kerja sama yang dicita-citakan dalam kepramukaan adalah kerja sama “Habitat Lebah” bukan “Habitat Semut”. Para lebah bekerja sama dengan professional sesuai fungsi dan tugas Lebah yang terbentuk secara alami sehingga menghasilkan “Madu” yang sangat bermanfaat untuk manusia. Sementara kerja sama “Semut” adalah kerja sama yang masing-masing semut sambil memakan objek yang dikerjasamakan (misal: memindahkan potongan roti). Menuju Era Generasi Emas 2045 sangat membutuhkan filosofi kerja sama “Lebah” sehingga tercapai tujuan untuk kebaikan bersama secara optimal, keadilan sosial bagi “seluruh” rakyat Indonesia. Bermanfaat bagi banyak orang bukan bermanfaat bagi segelintir orang.
Gerakan Pramuka sejatinya adalah alat bagi pemerintah untuk mencapai tujuannya yaitu penguatan karakter generasi muda. Sungguh luar biasa Gerakan Pramuka yang jelas-jelas menjadi wadah pesemaian yang subur bagi generasi muda sebagai peserta didiknya. Namun perlu diketahui bahwa kepramukaan sebagai “jobs” bagi orang dewasa yaitu lahan pengabdian.
Gerakan Pramuka hadir sebagai unsur proses pendidikan nonformal, yaitu mengisi kekosongan antara pendidikan informal (rumah) dan formal (sekolah). Betapa indahnya kepramukaan disajikan dalam sebuah proses interaksi antara anak muda (peserta didik) dengan orang dewasa (Pembina) untuk menjalani sebuah pengembaraan bersama, kegiatan yang berorientasi pada kesehatan diri secara utuh, beraktivitas dengan penuh kegembiraan dan saling bertanggung jawab.
Gerakan Pramuka sangat efektif bagi Generasi Alpha. Di tengah kemajuan teknologi dan otomatisasi, soft skills seperti kepemimpinan, kerja sama, komunikasi, dan empati menjadi sangat penting. Pramuka memberikan pelatihan intensif dalam soft skills yang tidak bisa digantikan oleh AI. Melalui kegiatan Pesta Siaga justru mampu menjawab kebutuhan anak di era sekarang.
Akhirnya kemajuan Gudep sebagai ujung tombak Gerakan Pramuka sangat bergantung pada para Kamabigus (Kepala Sekolah) yang sejatinya ia dihadirkan oleh Undang-Undang No. 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Pramuka tak kenal rintangan meski jalan penuh halangan. Satyaku kudarmakan darmaku kubaktikan. (*)
*) Penulis adalah Andalan Nasional Bidang Orgakum dan Mengajar di Pasca Sarjana ITB Widya Gama Lumajang
@Ragam Jatim