Hama tikus selama ini selalu menjadi momok yang menyebalkan bagi para petani. Tak hanya pada tanaman padi, tikus juga kerap menyerang tanaman lain seperti jagung, cabai, terung-terungan, dan lain-lain. Jika terjadi serangan parah, hasil panen bahkan bisa menyusut hingga separuhnya.
Untuk menghindari amukan hama tikus yang berpotensi membawa kerugian materiil tidak sedikit, ada empat cara untuk mengendalikannya. Berikut cara efektif kendalikan hama tikus pada tanaman.
Cara hayati
Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan musuh bebuyutan tikus seperti kucing, ular, atau burung hantu. Namun, mengandalkan kucing atau ular, tidaklah optimal. Kucing tak suka berkeliaran di lahan basah seperti sawah. Sementara ular, justru bisa menambah masalah baru. Bukannya memangsa tikus, bisa-bisa malah mematuk petani yang bekerja.
Cara hayati pengendalian hama tikus yang paling efektif dan tidak berbahaya bisa dengan memelihara predator alaminya, yakni burung hantu. Di sejumlah tempat kini mulai banyak dipelihara burung hantu yang khusus untuk memburu tikus.
Sanitasi
Cara ini amat bergantung pada kedisiplinan. Secara berkala, harus rutin dilakukan pembersihan lingkungan atau habitat yang disukai tikus. Lubang-lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, dan semak-semak adalah beberapa tempat yang sering menjadi sarang favorit persembunyian tikus.
Cara mekanik
Pengendalian cara mekanik bertujuan mengganggu dan membuat lingkungan tidak nyaman bagi hama tikus. Pengendalian melalui cara ini dapat dilakukan mulai dengan pemagaran menggunakan plastik atau seng, pemasangan perangkap dan lem, hingga pemasangan kegaduhan (bunyi-bunyian).
Metode tradisional yang biasa dilakukan petani untuk membasmi hama tikus adalah gropyokan atau beramai-ramai memburu tikus dengan terlebih dahulu membongkar sarang-sarang yang ada di sekitar areal persawahan.
Cara kimiawi
Cara ini sebisa mungkin menjadi langkah terakhir jika populasi tikus memang benar-benar sudah tidak terkendali. Sebab, tidak sedikit kasus keracunan yang terjadi pada petani/buruh tani ketika menggunakan cara ini, baik itu melalui mulut mauun kulit.
Ada dua cara kimiawi itu mengendalikan hama tikus, yakni menggunakan racun kontak dan racun sistemik. Keduanya sama-sama mencampurkan umpan dengan racun tikus (rodentisida) yang berbahan aktif broditakum, bio madiolon, belerang, dan sebagainya.
Racun kontak biasanya manjur di awal. Namun penggunaan racun kontak terus-menerus kurang efektif karena tikus termasuk hewan yang cerdas. Tikus yang mati karena menyantap umpan berisi racun kontak akan mati di sekitar umpan tersebut. Hal ini membuat tikus-tikus lain enggan memakan umpan yang sama. Dengan demikian, efektivitas racun kontak hanya berlaku satu dua kali pemakaian.
Sementara racun sistemik berjalan lebih lambat, tapi lebih ampuh. Tikus yang memakan umpan yang sudah ditaburi racun sistemik tidak akan langsung mati di tempat. Karena berperan sebagai zat antikoagulan, tikus yang memakan racun ini akan kehausan sepanjang waktu sehingga akan mati dalam waktu satu sampai tiga setelahnya.
@Ragam Jatim