Seni dan Kebudayaan Jawa Timur yang Wajib Dilestarikan

Ragam Jatim
0
Provinsi Jawa Timur (disingkat Jatim, bahasa Jawa: ꦙꦮꦶꦮꦺꦠꦤ꧀, Pegon: جاوي وَيتان, translit. Jawi 

Wétan, Madura: Jhâbâ Tèmor) adalah sebuah wilayah provinsi yang terletak di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Surabaya. Luas wilayahnya yakni 48.033 km², dengan jumlah penduduk sebanyak 41.644.099 jiwa (tahun 2023) dan kepadatan penduduk 867 jiwa/km2. Hampir seperempat dari jumlah penduduk Jawa Timur bermukim di wilayah metropolitan Surabaya.

Anjungan Jawa Timur
Jawa Timur memiliki wilayah terluas di antara enam provinsi di pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Wilayah Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Selat Bali (Provinsi Bali) di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di sebelah barat. Wilayah Provinsi Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean, Kepulauan Kangean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa yakni: Kepulauan Masalembu, Pulau Sempu dan Nusa Barung.

Provinsi Jawa Timur dikenal sebagai pusat industri dan keuangan kawasan Tengah dan Timur Indonesia, yang memiliki signifikansi perekonomian cukup tinggi, yakni berkontribusi sekitar 15% terhadap Produk Domestik Bruto nasional.

Barikut Seni dan Budaya Jawa Timur yang Wajib Dilestarikan

Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas yang wajib dilestarikan. Ludruk merupakan salah satu kesenian 'Jawa Timuran' yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang sering kali dibumbui dengan humor, dan kritik sosial, dan umumnya dibuka dengan Tari Remo, dan parikan. Saat ini kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di daerah Malang, Surabaya, Mojokerto, dan Jombang, meski keberadaannya semakin jarang. Selain itu, terdapat pula kelompok kesenian Ludruk di lingkungan universitas, salah satu yang masih eksis adalah Loedroek ITB sebagai salah satu Unit Kebudayaan di Institut Teknologi Bandung yang lebih dikenal sebagai Loedroek Kontemporer dan dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi.

Reog merupakan kesenian khas Ponorogo dan ikon kesenian Jawa Timur bagian barat yang telah dipatenkan sejak tahun 2001. Pementasan Reog disertai dengan jaran kepang (kuda lumping) yang biasanya kental dengan suasana supranatural. Seni terkenal Jawa Timur lainnya antara lain wayang kulit purwa gaya Jawa Timuran dan Mataraman, topeng dalang di Madura, dan besutan. Di daerah Mataraman, kesenian Jawa Tengahan seperti ketoprak dan wayang kulit cukup populer. Legenda terkenal dari Jawa Timur antara lain Damarwulan, Angling Darma, dan Sarip Tambak-Oso.

Seni tari tradisional di Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan dalam gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa Timuran, tarian Jawa gaya Osing, dan tarian gaya Madura. Seni tari klasik antara lain tari gandrung, gambyong, srimpi, bondan, dan kelana.

Terdapat pula kesenian semacam barongsai di Jawa Timur yang dapat ditemui di dua kabupaten yaitu, Bondowoso dan Jember. Singo Ulung adalah kebudayaan khas Bondowoso. Sedangkan Jember memiliki Can-Macanan Kadduk. Kedua kesenian itu sudah jarang ditemui.

Kebudayaan

Kebudayaan dan adat istiadat suku Jawa di Jawa Timur bagian barat menerima banyak pengaruh dari Jawa Tengahan, sehingga kawasan ini dikenal sebagai Mataraman menunjukkan bahwa kawasan tersebut dulunya merupakan daerah kekuasaan Kesultanan Mataram. Daerah tersebut meliputi eks-Karesidenan Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan), eks-Karesidenan Kediri (Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar, Trenggalek), dan eks-Karesidenan Bojonegoro (Bojonegoro, Tuban dan sebagian barat Lamongan) . Seperti halnya di Jawa Tengah, wayang kulit dan ketoprak cukup populer di kawasan ini.

Kawasan pesisir utara Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Kawasan ini mencakup wilayah Tuban, bagian utara Lamongan, dan Gresik. Dahulu pesisir utara Jawa Timur merupakan daerah masuk dan pusat perkembangan agama Islam. Lima dari sembilan anggota walisongo dimakamkan di kawasan ini.

Kawasan eks-Karesidenan Surabaya (termasuk Kabupaten Sidoarjo, Mojokerto, bagian timur Lamongan, Gresik, Jombang, Mojokerto dan Kota Surabaya), dan eks-Karesidenan Malang (Kabupaten Malang, Pasuruan dan Kota Malang, Pasuruan, dan Batu) memiliki sedikit pengaruh budaya Mataraman. Hal ini karena kawasan ini merupakan kawasan arek (sebutan untuk keturunan Ken Arok), terutama daerah Malang, yang membuat daerah ini sulit dipengaruhi budaya Mataraman.

Adat istiadat di kawasan Tapal Kuda banyak dipengaruhi oleh budaya Madura dan agama Islam, mengingat besarnya populasi suku Madura dan pengaruh Madura dan Islam di kawasan ini. Adat istiadat masyarakat Osing merupakan perpaduan budaya Jawa, Madura, dan Bali. Sementara adat istiadat suku Tengger banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu.

Masyarakat desa di Jawa Timur, seperti halnya di Jawa Tengah, memiliki ikatan yang berdasarkan persahabatan dan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan antara lain: tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), babaran (upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan, dan pacangan.

Penduduk Jawa Timur umumnya menganut perkawinan monogami. Sebelum dilakukan lamaran, pihak laki-laki melakukan acara nako'ake (menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon suami), setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara perkawinan didahului dengan acara temu atau kepanggih. Namun, masyarakat di pesisir utara: Tuban, Lamongan, Gresik, bahkan Bojonegoro memiliki kebiasaan lumrah keluarga wanita melamar pria (ganjuran), berbeda dengan lazimnya kebiasaan daerah lain di Indonesia, di mana umumnya pihak pria yang melamar wanita. Selain itu, umumnya pria yang akan masuk ke dalam keluarga wanita.

Untuk mendoakan orang yang telah meninggal, biasanya pihak keluarga melakukan kirim donga pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, 1 tahun, dan 3 tahun setelah kematian.

Yok dolan, rek!

Kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara, Majapahit, menorehkan kisahnya di bumi Jawa Timur yang subur. Konon, keturunan Majapahit yang tersingkir akibat penyebaran ajaran Islam di Jawa melahirkan masyarakat Tengger yang kini tinggal di pegunungan Bromo.

Di anjungan Jawa Timur di TMII, dua buah patung, Kotbuto dan Angkobuto, langsung menyambut pengunjung di pintu masuk. Kompleks percandian megah bernama Penataran di Blitar menampilkan ukuran sesungguhnya di tempat ini dan dihiasi oleh patung Ganesya yang melambangkan keperkasaan dan ilmu pengetahuan dalam mitologi Hindu. Cerita tentang kejayaan kerajaan Majapahit dapat ditelusuri lewat relief ‘Penobatan Raden Wijaya’ sebagai raja Majapahit yang pertama dan adegan ‘Sumpah Palapa’. Tak hanya itu, Patung Karapan Sapi yang dihiasi dengan latar belakang perbukitan kapur utara menggambarkan permainan dan pertunjukan yang terkenal dari pulau Madura.

Di sini, menjulang tinggi sebuah tugu runcing bersegi sepuluh dengan sebelas keratan. Tiruan dari Tugu Pahlawan Surabaya ini memiliki skala 1:15 dari aslinya. Menghiasi tugu adalah patung Patriot Bambu Runcing yang membuka lembaran sejarah dari masa lampau. Tak hanya itu, relief ‘Pertempuran 10 November 1945’ menyuguhkan narasi dramatis dari peristiwa penyobekan bendera merah putih biru hingga penghancuran markas kompeni, yang kini menjadi lokasi asli Tugu Pahlawan di depan kantor Gubernur Surabaya.

Salah satu rumah adat yang ditampilkan adalah rumah kepala desa dengan pendopo dan kentongan-nya, yang terinspirasi dari Ponorogo dan Pacitan. Keseluruhan bangunan ini dipindahkan secara utuh ke TMII untuk mempertahankan keaslian nuansa tradisionalnya.

Ada pula rumah-rumah adat khas Madura yang merepresentasikan keunikan Kabupaten Sumenep, Pamekasan, Bangkalan, dan Situbondo. Keberagamannya ditampilkan melalui Langgar, tempat ibadah yang kental dengan spiritualitas, Pir sebagai alat transportasi khas Bangkalan, perahu nelayan yang mengarungi laut, dan Pagupon sebagai tempat memelihara burung merpati. Alam Jawa Timur ikut hadir dalam keberagaman di anjungan ini, yang menghadirkan pohon-pohon khas Jawa Timur seperti Maja, Srikaya, Kelapa Gading, Sawo Kecik, Mangga, dan Kayu Jati.

Tahukah Kamu?

Jawa Timur memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa. Tokoh agama Islam yang dikenal sebagai Wali Sanga bahkan menitipkan jejak langkah mereka di tanah ini. Beberapa di antaranya adalah Sunan Bonang, Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Drajat. Di TMII, pengunjung dapat menyaksikan replika Menara Mesjid Ampel yang menjadi simbol legendaris keberadaan tokoh tersebut di tanah Jawa Timur.

Sumber : Wikipedia
ragamjatim.com
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda. Pelajari Lebih Lanjut
Ok, Go it!
To Top