Banyuwangi - yang populer dengan keindahan lanskap alamnya, juga memiliki budaya yang beragam mulai dari kesenian hingga berbagai upacara adat. Keberagaman budaya itu terus dilestarikan secara guyub oleh masyarakat. Yuk, kita kulik beberapa budaya Banyuwangi yang unik!
Kebo-keboan
Kebo-keboan menjadi budaya unik pertama yang akan kita kulik. Sesuai dengan namanya, budaya ini memang menampilkan kebo-keboan atau manusia yang didandani seperti kebo (kerbau), lengkap dengan tanduknya. Kebo-keboan diadakan setiap awal bulan Suro di Desa Aliyan dan Alasmalang Banyuwangi. Ritual ini sudah dilakukan selama 300 tahun, dan bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah
Kebo -keboan |
Ritual Kebo-keboan di Desa Alasmalang dimulai dengan syukuran di sepanjang jalan desa, dilanjutkan dengan mengarak 30 kebo-keboan di empat penjuru desa dipimpin tokoh adat. Ritual ini disebut ider bumi. Acara diakhiri dengan sebar benih oleh para kebo-keboan, sebagai penanda harapan untuk musim panen selanjutnya.
Meras Gandrung
Gandrung merupakan tarian populer dari Banyuwangi, yang terkenal dengan keelokan dan keanggunan tariannya. Taukah Anda? Penari Gandrung pertama justru seorang pria yang disebut sebagai Gandrung Marsan, barulah setelah masa penjajahan oleh VOC selesai muncul penari Gandrung perempuan. Sejarah tari Gandrung ini dikisahkan ke dalam ritual Meras Gandrung
Meras Gandrung yakni ritual kelulusan penari Gandrung pemula menjadi penari profesional, yang tidak hanya bisa menari namun juga menyanyi. Meras Gandrung diadakan setiap satu bulan sekali di Taman Gandrung Terakota
ritual meras gandrung |
Seblang
Seblang merupakan ritual untuk mengusir tola bala, yang diadakan di dua desa di Banyuwangi yakni Olehsari dan Bakungan. Bedanya, seblang di Desa Olehsari diadakan setelah idul fitri dengan penarinya yang masih perawan, sedangkan di Bakungan diadakan setelah Idul Adha dan penarinya sudah menopouse
seblang di Desa Olehsari |
Jaranan Buto
Jaranan Buto merupakan kesenian khas Bumi Blambangan. Berbeda dengan jaranan pada umunya, properti kuda-kudaan yang digunakan digambar dengan wajah menyerupai buto (raksasa). Wajah sang pemain juga dirias menyerupai buto dengan muka berwarna merah, mata besar dan rambut panjang gimbal.
Jaranan Buto |
Selain kesenian tarinya, Banyuwangi juga kaya akan motif batik dan lagu berbahasa Osing. Bahkan ada satu kebudayaan yang langka, yakni mocoan lontar yusuf yang akan kita kulik dibawah ini
Mocoan Lontar Yusuf
Mocoan Lontar Yusuf merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat suku Osing Banyuwangi berupa pembacaan lontar (naskah) Yusuf. Lontar Yusuf sendiri adalah kitab kuno yang tertulis dengan aksara pegon dan berisi tentang Kisah Nabi Yusuf. Bentuknya berupa puisi tradisional yang terikat dalam aturan yang disebut pupuh. Total dalam Lontar Yusuf terdapat 12 Pupuh, 593 bait dan 4.366 larik.
Mocoan Lontar Yusuf |
Pembacaan lontar Yusuf dilakukan pada saat-saat penting. Misalnya mengiringi prosesi adat seperti adat Seblang Bakungan, dan tradisi Tumpeng Sewu di Desa Kemiren. Pembacaan ini biasanya dimulai selepas isya dan baru berakhir menjelang subuh. (sumber yukbanyuwangi.co.id)